Jika dia adalah Rahmat, seharusnya membawa keindahan bagi semua. Namun sebenarnya memang itulah hakekatnya, Dan sebagian kita telah banyak memanipulasinya. Kita telah banyak melakukan propaganda tentangnya. Semua karena egoisme kita yang begitu besar. Egoisme yang sering membunuh hak orang lain. Egoisme yang kemudian meluluhlantakan kepedulian kita, bahkan terhadap orang yang kepadanya kita mengaku cinta. Jika demikian, sebenarnya apa yang kita harapkan sebagai reaksi dari mereka yang Anda cintai?. Apakah cinta yang sama dengan yang Anda miliki terhadapnya? Jika itu yang Anda harapkan maka sesungguhnya Anda SALAH BESAR, Anda justru menciptakan jurang api yang demikian besar yang semakin membuat dia enggan menghadapi Anda. Jika Anda atasan mungkin pegawai Anda akan lebih terpaksa untuk anda. Ini semata-mata karena hubungan profesionalitas selama tekanan masih dalam batas kewajaran. Tapi bukan tidak mungkin pegawai Anda justru berontak dan dengan tidak ragu untuk berhenti. Namun jika Anda sahabat, maka sahabat Anda akan pergi menjauhi Anda. Jangankan bicara, merasakan kehadiran Anda saja perasaannya akan gerah, secepatnya ingin berlalu dari tempat itu. Dan jika Anda Orang tua, maka anak Anda semakin menjadi dengan kebandelannya.
FAKTA, KEBIJAKAN selalu membawa KEBAJIKAN.
Anda harus percaya ini. Evaluasi diri, kontrol emosi dan kepekaan terhadap lingkungan dan objek menjadi faktor utama penentu kebijakan positif. Jika Anda seorang yang bijak, seharusnya Anda mampu mempelajari alam ini. Pelajarilah dengan cinta, bukan dengan keserakahan dan egoisme yang berlebihan. Kita harus mampu menjadi orang lain. Ingatlah!! tidak ada yang pernah benar-benar baik ketika itu dirajut diatas anarkisme dan rasa ketertindasan. Kita harus bijaksana dalam me-manage perasaan dan pikiran. Tidak ada pemaksaan baik nyata maupun tersamar. Karena sesamar apapun Anda memaksakan kemauan, objeknya adalah hati dimana perasaan ini berada. Dan perasaan yang tulus itu dapat membedakan mana intrik dan mana ketulusan Anda.
Lalu mengapa kita menyebutnya cinta jika itu tidak berlaku sama bagi yang lainnya? Mengapa Anda menyebutnya cinta jika objek yang anda tuju justru tidak bahagia karenanya? Lalu ketika Anda tega hendak merebut kebahagiaan itu apakah masih pantas anda meng-atasnamakan Cinta? Jika demikian cinta apa yang Anda tawarkan ini? Betapa Anda telah menganiaya diri sendiri dan orang lain.
Lalu ketika Anda menganiaya diri sendiri, pantaskah Anda berkata bahwa Anda sayang kepadanya? Bagaimana mungkin? Untuk diri sendiri saja Anda tidak mampu menyayanginya, apalagi hendak menyayangi orang lain!!
Jika ada yang mengatakan cinta itu buta, Sayalah orang yang menantang itu. Cinta itu Rahmat. Dengan cintalah justru kita bisa memahami segala sesuatu, memberi penerangan dan kedamaian bagi semua, bukan satu atau sebagian. Tapi keseluruhan..
Anda perlu mengkaji ini lebih lanjut.
- Anda Cinta Orang lain. Betul?
- Cinta anda kepada orang lain pasti karena Anda sayang padanya. Betul?
- Karena rasa sayang Anda itu, Andapun harus mampu membuatnya bahagia. Betul?
- Anda mengingikan sesuatu dari orang yang Anda cintai. Betul?
- Keinginan itu adalah untuk membuat Anda bahagia. Betul?
- Ketika keinginan itu harus merenggut kebahagian orang yang Anda cintai, apakah Anda tega?
- Ketika Anda tega melakukan itu, apakah Anda sadar bahwa Anda telah bertentangan dengan pernyataan nomor 2 diatas?
- Ketika Anda tidak perduli dengan pernyataan nomor 7, sadarkah Anda telah menganiaya diri Anda dan orang yang Anda cintai itu?
- Lalu ketika penganiayaan Anda itu berlangsung atas Anda dan dirinya bukankah ini telah melanggar pernyataan nomor 1 di atas?
- Simpulkan perasaan Anda... Benarkah Anda telah benar-benar menjadi pe-CINTA??, atau bahkan menjadi penjahat atas cinta itu sendiri?